Opa Oma Padangsidimpuan Nekat Keliling ASEAN Pakai Toyota Voxy (Part 2)

JADWALBALAP.COM, PADANGSIDIMPUAN – Perjalanan panjang membuat keduanya belajar hidup sederhana di atas roda. Mobil Toyota Voxy itu telah mereka ubah menjadi rumah mini: ada kasur kecil, rak penyimpanan, dan kompor portabel untuk memasak.
Karena sulitnya mencari makanan halal di beberapa negara, mereka sering berhenti di pinggir jalan atau pom bensin untuk menyiapkan makan malam sendiri. Pom bensin PTT di Thailand menjadi tempat favorit, karena bersih, aman, dan ramah bagi pelancong.
Tak semua momen manis. Di Bangkok, mereka sempat dihentikan polisi untuk pemeriksaan dokumen yang sangat ketat. Di Pattaya, mereka bahkan dibawa ke kantor polisi karena tanpa sengaja menerbangkan drone di area terlarang.
Di Kamboja, hujan deras membuat jalan tanah berubah jadi lumpur, memaksa mereka bermalam di pinggir jalan. Namun semua kejadian itu justru menjadi bagian paling berharga dari perjalanan. “Kami belajar untuk tidak panik,” kata Indriati. “Yang penting tetap sopan, sabar, dan terus tersenyum.”
Mereka juga belajar banyak hal praktis: membawa paspor, SIM internasional, dan Carnet de Passage dari Ikatan Motor Indonesia (IMI) adalah keharusan bagi traveler lintas negara.
Setiap kali memasuki negara baru, mereka mengganti kartu SIM lokal, menyiapkan sedikit uang tunai dalam mata uang setempat, dan mengandalkan Google Translate serta Google Maps untuk berkomunikasi dan bernavigasi. Semua itu membuat perjalanan mereka lebih mudah meski tanpa pemandu atau agen perjalanan.
Kini, setelah menaklukkan Asia Tenggara, pasangan ini memandang peta dengan semangat yang sama seperti tiga tahun lalu.
Impian mereka berikutnya adalah melanjutkan perjalanan menuju Mekkah dengan rute darat: dari Malaysia menuju Thailand, Laos, China, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Uni Emirat Arab, Oman, hingga Arab Saudi. “Awalnya kami takut karena tidak bisa bahasa asing,” ujar Faisal. “Tapi ternyata, dengan Google Translate, semua lancar. Jadi kenapa harus berhenti sekarang?”
Di tengah panasnya jalan Asia dan dinginnya malam di negeri asing, pasangan lansia ini membuktikan bahwa semangat tak mengenal usia.
Mereka bukan sekadar wisatawan, melainkan saksi bahwa dunia bisa dijelajahi dengan cinta, kesabaran, dan keberanian. “Selama tangan ini masih bisa memegang setir,” kata Indriati tersenyum, “kami akan terus melangkah.” End. fey

